Senin, 19 November 2012

Darah Dan Pedang

Dia bagaikan malaikat saat aku merasakan sendiri walau bukan aku yang dibutuhkannya. Dia bagaikan semangatku, untukku bangun setiap tidurku walaupun hanya cacinya yang ia lontarkan untukku.
Dia segalanya untukku walau tak pernah dia bela kebenaranku ..
Dia wanta yang mencintaiku bahkan membenci kehadiranku, dia wanita yang selalu aku sebut mama ..

Dia yang selalu bertindak adil tetapi aku yang selalu salah dan mengalah, dia yang memanggilku dengan sebutan anakku yang juga dapat membunuhku dengan sebutan anak pembawa sialku.

Aku sadar dia tak mengharapkanku, bahkan ketika aku sakit dia selalu mencaci dan memaki ku.
Perhatiannya bahkan tak pernah dapat menjadi seorang sahabat, hinaannya, sumpah serapahnya bagaikan petir yang selalu menggelegar ditelingaku. Bagaimana tidak aku dapat memeluknya, aku merindukannya . mama ...

Tanpa dosa, ketika aku tertidur malam dan pagi dibangunkan oleh amarah.
itu terus berulang lagi, setiap hari. Seolah telah terbiasa dengan keinginannya untukku pergi, entah aku tak tahu kemana, pergi agar tak ada sial untuknya untuk hari-harinya . mungkin pergi kesisimu tuhan ..

kadang aku berpikir apa yang membuatnya begitu membenciku, cintanya dapat membunuhku
dengan semua larangannya, dengan semua keinginannya untuk menjadikanku lebih baik, padahal tidak menurutku ..

bahkan aku telah lelah menceritakannya kepadamu tuhan. Menceritakan bagaimana cara untuk mengembalikan guratan wajah ketika tertawaa . Aku lupa semua itu, aku lupa apa itu bahagia, aku lupa apa itu tertawaa .

Mama, aku merindukan pelukanmu . aku mencintaimu ..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar