Kamis, 27 September 2012

Untuk Kamu Yang Tak Akan Pernah Membaca Tulisan Ini

Aku bosan ketika bangun pagi hari hingga tidur malamku selalu di isi pertengkaran yang disebabkan karena hal itu. Lagi dan lagi. Dimana dia selalu ingin menjadi pemenang, dimana sia selalu ingin menjadi aktor utama. Sementara aku, hanya pemain figuran yang tak berhak melawan, posisiku hanya seseorang yang pasif, yang mencoba mengerti semua perlakuannya. walaupun ada banyak gejolak untuk melawan.

Apa dia tak pernah berpikir bahwa aku sama seperti dia, yang juga punya perasaan? Apa dia tahu, bahwa menjadi aku bukanlah hal yang mudah?
Seringkali aku merasa risih dengan semua hal yang dia dan sang mantannya lakukan padaku. Rasanya sehari seperti sebulan lamanya. Seringkali aku terdiam melihat semua mengalir tanpa persetujuan dan keinginanku. Seringkali aku ingin lepas darinya, tapi aku merasa jeratan itu masih terlalu kuat. Aku lelah menjalani hubungan yang hanya berjalan ditempat. Dimana hanya ada satu orang yang berkorban demi satu orang lainnya. Dimana hanya ada aku yang berlelah sendirian hanya untuk menjaga sesuatu yang seharusnya aku lepaskan.

Dan, untuk kamu, ya kamu! Pria yang dulu pernah ku cintai dan ku kagumi sebelum aku bertemu dengannya. Dia selalu memelukku seperti ini. Dengan lengan yang begitu lekat dan hangat. sampai bibirku ta mampu lagi ceritakan luka yang ku rasakan. Jujur, aku merindukanmu. Merindukan sosok dewasa yang dulu pernah menopang dan menegakkan langkahku. Aku merindukan suaramu yang dulu menelusup lembut kedalam telingaku. Aku merindukan sosok sederhana dengan sayang tulusmu dan caramu untuk selalu membuatku bahagia tanpa ada wanita lain dihatimu, yang ada hanya aku. cuma aku !

Sekarang aku tahu rasanya jika saat bangun pagi tak ada sapamu di inbox handphone-ku. Aku benar-benar kehilangan sosokmu. Setelah kuputar ulang lagi rekaman otakku yang berisi tentangmu, aku mencoba untuk kembali mengingat kejujuranmu dan kebohongannya. Aku mencoba mengingat kesabaranmu saat menghadapi rengekan dan pertanyaan-pertanyaanku. Aku mencoba mereka-reka kembali ucapanmu saat menenangkan cemburu dan amarahku.  Aku berusaha mengintip kembali usaha-usaha dan pengorbanan yang kamu lakukan agar hubungan kita tidak berjalan ditempat. Bayangmu memutar-mutar diotakku, suaramu terdengar menusuk-nusuk telingaku. Aku benar-benar kecanduan kamu. Aku benar-benar kecanduan masa lalu. Aku semakin yakin bahwa kamu adalah seseorang yang berusaha memperbaiki kesalahanku agar aku menjadi seseorang yang baru. Kamu menerimaku Lalu menjaga perasaanku, dia menerimaku tapi berusaha merusak perasaanku.

Teruntuk kamu, mantanku, senja, tangis dan tawaku. Masih ada doa yang mengalir untuk bahagia dan tawamu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar